Searching...
Kamis, 11 Juni 2015

Abah Edong Menemukan Batu Pancawarna Lewat Mimpi


Abah Edong menemukan batu panca warna lewat mimpi

Batu pancawarna edong sudah lama menjadi legenda bagi penggemar batu akik. Daerah Kabupaten Garut memang sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu daerah penghasil batu akik berkualitas terbaik di Indonesia. Namun, batu pancawarna edong berbeda dengan jenis batu Garut lainnya. Nama Edong sendiri berasal dari nama seorang laki-laki di desa Sukarame, kecamatan Caringin. Simak kisah bagaimana Abah Edong menemukan batu pancawarna lewat mimpi.

Awalnya, jenis batu akik yang terkenal dari wilayah Garut hanyalah jenis batu ijo garut ohen saja. Namun setelah Abah Edong menemukan jenis bebatuan lima warna di lahan pertanian miliknya, wilayah Garut juga dikenal sebagai wilayah utama penghasil jenis batu pancawarna. Batu yang ditemukan Abah Edong inilah yang pada akhirnya disebut dengan batu pancawarna edong. Dengan keindahan corak dan motifnya yang berbeda dengan batu akik Garut lainnya membuat batu ini menjadi incaran para kolektor batu akik dari segala penjuru tanah air.

Edong menuturkan pengalamannya berburu batu akik. Kala itu, sekitar tahun 1990-an, dia belum tertarik untuk ikut menggali batu. Padahal saat itu telah banyak orang yang telah menggali batu di sekitar tanah garapannya di kampung Cikarawang, kecamatan Caringin, Garut, Jawa Barat. Perburuan baru dilakukannya pada sekitar tahun 1994.

Awalnya abah Edong bermimpi didatangi oleh almarhum ayahnya. Di dalam mimpi tersebut, ayahnya menyuruh beliau untuk membuat tambang batu sendiri apabila ia berniat ikut mencari batu akik seperti warga lainnya. Tapi, di dalam mimpi tersebut ayahnya tidak menyebutkan di lokasi mana ia harus mulai melakukan penggalian.

Karena merasa belum yakin, abah Edong akhirnya memutuskan untuk meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa melalui shalat malam. "Sebelum bermimpi, malam itu abah melakukan shalat tahajjud dulu untuk meminta kepada Allah agar diberikan jalan dan rezeki yang barokah", ujarnya.

Pada awalnya ia hanya berniat mencari batu berwarna hijau seperti yang umum dilakukan penggali lainnya, karena pada saat itu harga batu hijau garut sangatlah menjanjikan. Namun, setelah beberapa meter melakukan penggalian dia hanya menemukan batu lima warna. Saat itu abah Edong merasa kecewa karena hasil batu yang didapatnya tidak sama dengan penggali yang lain.

Awalnya tidak sedikit orang yang mencibirnya lantaran warna batu yang didapatnya saat itu tidak umum. Namun dia tidak pernah patah semangat, meskipun hasil batu yang didapatnya belum laku dia tetap tetap melakukan penggalian batu lima warna tersebut. Hasil galiannya yang pertama dia kumpulkan dengan harapan ada yang mau membelinya.

Abah Edong tidak menyangka batu hasil penggalian pertamanya akan menjadi mahal dan banyak diburu oleh para pencinta batu akik.Padahal, 10 tahun lalu, batu seberat 1 kuintal yang pertama kali ditemukannya tersebut hanya dihargai 4 juta rupiah.

Kini, batu yang akhirnya dikenal dengan nama Pancawarna tersebut, yang hanya seukuran batu cincin saja harganya bisa mencapai 3 juta-an rupiah. "Awalnya Abah menemukan batu panca warna lewat mimpi dan tidak tahu kalau pada akhirnya batu itu akan menjadi berharga", ucap kakek berusia 80 tahun tersebut.

3 komentar:

 
Back to top!